Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa untuk bisa menikmati Astronomi sebagai hobi dia harus lebih dulu memiliki teleskop. Mereka beranggapan bahwa mereka harus lebih dulu memiliki teleskop dan sesudah itu barulah mereka bisa mulai mempelajari dan mengamati langit malam. Menurut saya, pendapat seperti itu salah.
Mungkin bagi sementara orang cara seperti itu, yaitu membeli teleskop dan sesudah itu mulai mempelajari langit malam, bisa berhasil. Tetapi kemungkinan besar yang terjadi adalah kamu akan merasa bosan pada teleskopmu, karena mencari suatu obyek langit malam dengan teleskop bukanlah suatu hal yang mudah terutama jika kita tidak mengenal langit malam. Hal itu bisa diumpamakan dengan usaha untuk mencari semut dengan memakai mikroskop. Lama kelamaan kita akan semakin jarang mempergunakan teleskop kita, sampai akhirnya teleskop itu sama sekali tidak pernah kita sentuh.
Astronomi Amatir adalah hobi yang berbeda dengan hobi lainnya, misalnya dengan hobi mendengarkan musik. Selama dananya ada, kita tidak pelu belajar apapun untuk bisa nikmati musik. Cukup pergi ke toko elektronik untuk beli perangkat audio kemudian membeli kaset atau CD. Pasang dan dan kita langsung bisa menikmati musik apapun yang kita sukai. Sayangnya, Astronomi Amatir tidak dapat dilakukan dengan cara itu.
Dalam hobi ini, meskipun kita memiliki uang banyak dan mampu membeli teleskop jenis apapun yang kita mau, teleskop itu tidak akan berguna kalau kita tidak mengenal langit malam.
Saya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti atau menghalangi niat teman-teman untuk memiliki teleskop, sama sekali tidak. Saya cuma memberitahu apa yang mungkin akan terjadi pada diri teman-teman. Kalau itu tidak terjadi, bagus sekali. Dan kalu kamu sudah memiliki teleskop tapi masih mengalami kesulitan untuk mengenali rasi bintang atau menemukan obyek langit, jangan menyerah! Cobalah sekali-sekali keluar tanpa membawa teleskop dan pelajari langit malam.
Jadi saya harus gimana dong? Perlu diingat bahwa untuk menikmati keindahan langit malam tidak diperlukan perlengkapan yang canggih seperti teleskop yang dikendalikan komputer dan bisa mengarah ke obyek langit manapun secara otomatis. Sama sekali tidak! Untuk bisa menikmati keindahan langit malam kita cuma perlu perangkat optik yang paling canggih yang pernah ada, yaitu mata kita.
Kalau kamu kebetulan tinggal di kota besar dengan langit malam yang terang benderang akibat polusi cahaya, cobalah sekali-sekali pergi ke suatu tempat di luar kota luar kota yang jauh dari polusi cahaya. Cobalah untuk mendongak ke atas dan melihat langit malam (cukup mengherankan betapa sedikitnya orang yang pernah melihat ke langit malam). Kamu akan melihat langit yang dipenuhi oleh banyak sekali bintang. Jauh lebih banyak dari pada yang bisa kamu lihat dari rumahmu di kota. "Kupandang langit penuh bintang bertaburan... berkelap-kelip seumpama intan berlian..." Ingat lagu ini?
Nah, sambil melihat bintang-bintang di langit ada baiknya kita ingat bahwa titik-titik cahaya di langit itu jaraknya amat sangat jauh dari kita. Cahaya dari bintang-bintang itu memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan ribuan tahun, untuk mencapai bumi sampai bisa dilihat oleh mata kita. Padahal cahaya bergerak dengan kecepatan sekitar 350.000 km per detik. Jadi kita bisa bayangkan betapa jauhnya bintang-bintang itu dari kita. Setiap kali saya melihat ke langit malam dan bintang-bintang yang ada, saya selalu merasa sangat kecil dan sangat tidak berarti di tengah alam semesta yang amat luas ini dan selalu teringat pada kebesaran Tuhan.
Kita bisa melihat bagaimana bintang yang satu terlihat lebih terang dari yang lain, dan ada bintang-bintang yang seakan-akan berkumpul dan membentuk formasi tertentu. Kita juga bisa melihat perbedaan warna bintang, ada yang terlihat berwarna biru, ada yang merah, oranye dan ada pula yang berwarna kuning.
Nah, sekarang kita bisa mulai mempelajari langit malam, tentunya masih dengan mata telanjang. Sewaktu melihat bintang-bintang di langit kita bisa melihat nahwa banyak bintang yang terlihat berkumpul dan membentuk formasi tertentu. Ada yang terlihat seperti mata kail dan di sebelahnya ada yang terlihat seperti poci teh. Ada juga yang terlihat seperti layang-layang. Bentuk-bentuk atau formasi itu diksebut Asterism, beberapa asterism diberi nama dan mereka disebut konstelasi atau rasi bintang.
Untuk bisa mempelajari dan mengenali langit malam dengan baik kita membutuhkan peta, seperti halnya kita butuh peta untuk mengetahui letak suatu tempat tertentu di kota. Tanpa peta kita akan mudah tersesat. Banyak jenis peta langit yang bisa dipakai, tetapi menurut saya yang paling penting untuk dimiliki (dan selalu dibawa) adalah Planisphere, atau kalau di Indonesia disebut Peta Langit Malam. Peta Langit Malam bisa diperoleh di Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki atau dapat didownload secara gratis di internet. Peta Langit Malam juga sekarang tersedia dalam bentuk software misalnya Stellarium, Skymap, Planetarium dsb yang juga mudah diperoleh di internet.
Dengan berbekal Planisphere mulailah mempelajari dan mengenali langit malam. David Levy (salah satu penemu komet SL-9 yang menabrak planet Jupiter) dalam bukunya "The Sky A User's Guide" menulis bahwa para pemula akan lebih mudah mempelajari dan mengenali langit malam jika melakukannya di kota daripada jika mempelajari langit malam di suatu tempat di luar kota yang langitnya gelap. "Wah, itu bertentangan dong dengan apa yang tertulis di atas tentang pergi ke luar kota untuk melihat langit malam?" Saya yakin sama sekali tidak, alasannya begini.
Untuk bisa benar-benar menikmati keindahan langit malam, seorang pemula (dan siapa saja) perlu langit yang gelap. Langit yang gelap maksudnya adalah langit malam yang bebas dari polusi cahaya. Karena itu, dia perlu pergi ke tempat yang gelap yang jauh dari polusi cahaya kota. Dari tempat yang gelap di luar kota kita bisa melihat banyak sekali bintang, jauh lebih banyak dari pada yang terlihat dari dalam kota. Dan langit malam yang dipenuhi bintang berwarna-warni adalah pemandangan yang sangat indah. Sementara kalau kita melihat langit malam dari dalam kota, kita cuma bisa melihat SEDIKIT bintang dan pemandangan seperti itu adalah pemandangan yang biasa-biasa saja, sama sekali tidak menarik. Karena itu, untuk bisa menghargai keindahan langit malam kita perlu langit yang gelap.
TETAPI, untuk mempelajari dan mengenali langit malam (seperti mengenali konstelasi bintang) apa yang ditulis oleh David Levy adalah benar. Kenapa bisa begitu?
Begini ceritanya: Dengan Planisphere di tangan kamu ingin mempelajari langit malam dan pergi ke tempat yang langitnya gelap dengan rencana untuk menghapalkan letak dan bentuk konstelasi bintang. Sesampainya di sana, kamu hapalkan bentuk konstelasi yang tergambar di Planisphere. "Hmm, yang ini, yang berbentuk seperti layangan namanya adalah Orion." Setelah merasa cukup hapal dengan bentuk Orion, kamu lihat ke langit... "Lho, mana dia? Kok bintang-bintang itu nggak ada di Planisphere ini? Kok banyak sekali bintang di atas sana?"
Kenapa bisa begitu? Planisphere hanya memetakan bintang sampai dengan Magnitudo 5. Magnitude adalah skala yang dipakai untuk menentukan tingkat terangnya suatu bintang. Semakin terang suatu bintang, semakin kecil angka magnitudonya. Jadi bintang dengan magnitude 1 terlihat lebih terang dibandingkan dengan bintang yang bermagnitude 2. Nah, dari suatu tempat yang langitnya gelap, dengan mata telanjang kita bisa melihat bintang dengan tingkat kecerahan sampai dengan magnitude 6 sedangkan Planisphere yang kita pegang hanya memperlihatkan bintang sampai dengan magnitude 5. Karena itu, di tempat yang gelap akan lebih banyak bintang yang bisa kita lihat jika dibandingkan dengan yang tergambar dalam Planisphere. Karena bintang-bintang lainnya itu tidak ada dalam Planisphere, kemungkinan besar kita akan bingung menentukan konstelasi apa yang terlihat.
Saya pernah mengalami hal seperti ini. Pada tahun 1995 kebetulan saya dengan keluarga pergi ke Bali. Meskipun ingin, waktu itu saya tidak bisa membawa teleskop saya dan akhirnya saya hanya membawa binokuler saja. Suatu malam, saya pergi dari cottage tempat kami menginap di Sanur dan berjalan kaki ke pantai dengan membawa binokuler. Tujuannya ingin melihat bintang.
Sesampainya di pantai saya duduk danmengeluarkan binokuler dari tempatnya, kemudian saya memandang ke langit. Yang saya lihat adalah langit yang dipenuhi oleh bintang, begitu banyak bintang!
Saya perlu waktu sekitar satu menit untuk bisa mengenali konstelasi Orion, padahal Orion termasuk salah satu konstelasi yang amat saya kenali. Begitu juga untuk mengenali konstelasi lain, saya butuh waktu beberapa lama sebelum bisa mengenalinya. Akhirnya saya simpan kembali binokuler saya di dalam tempatnya dan saya hanya berbaring di pantai sambil mengagumi indahnya langit yang dipenuhi bintang. Malam yang sulit untuk dilupakan.
Dari pengalaman itulah saya percaya bahwa apa yang ditulis oleh David Levy benar. Kalau kamu tinggal di kota, kenali langit malam dari rumah. Sempatkan diri untuk mempelajari langit malam dan menghapal letak konstelasi bintang. Tapi ingat, kamu tidak perlu terburu-buru menghapal. Lakukan kapan saja kamu bisa. Tidak menjadi masalah apakah kamu bisa mengenali langit malam dalam waktu satu minggu, satu bulan atau satu tahun. Yang penting adalah kita belajar sesuatu dan bisa menikmati Astronomi sebagai hobi sekaligus menikmati kebesaran ciptaan Ilahi.
mutoha.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment