Sunday, June 17, 2007

Tahukah Anda?


Fakta-Fakta Menarik Seputar Astronomi

Astronomy is the science of extremes--the biggest, farthest,
oldest, hottest, coldest, densest, emptiest things known to man.


OBJEK TERBESAR DI TATA SURYA - Matahari adalah objek paling besar dalam tata surya kita dengan diameter (pada equator) sepanjang 1.392.140 km. Urutan kedua ditempati oleh planet Jupiter dengan diameter 142.984 km. Di urutan berikutnya berturut-turut adalah Saturnus (120.536 km), Uranus (51.118 km), dan Neptunus (49.600 km). Bumi kita menempati urutan ke-6 dalam daftar ini dengan diameter 12.756 km, disusul oleh Venus (12.103 km) dan Mars (6.794 km). Urutan ke-9 dan ke-10 diduduki oleh dua buah satelit alam masing masing Ganymede, satelit Jupiter (5.262 km) dan Titan, satelit Saturnus (5.150 km).

SATELIT ALAM TERBESAR - Ganymede dan Titan merupakan satelit alam (bulan) terbesar dalam tata surya kita. Berikutnya berturut-turut disusul oleh Callisto (Jupiter/4.820 km) dan Io (Jupiter/3.632 km). Bulan kita menempati peringkat kelima dengan diameter 3.475 km. Sementara itu, Europa (Jupiter/3.126 km), Triton (Neptunus/2750 km), dan Titania (Uranus/1.580 km) menyusul di urutan selanjutnya. Daftar ini ditutup dengan Rhea (Saturnus/1.530 km) dan Oberon (Uranus/1.516 km) masing-masing di urutan ke-9 dan 10.

ANOMALI VENUS - Venus berotasi pada sumbunya sedemikian lambat, bahkan lebih lambat daripada periode orbitnya. Akibatnya satu tahun disana adalah lebih pendek daripada satu harinya (sehari di Venus setara dengan 243 hari di Bumi, sementara satu tahun Venus setara 225 hari Bumi). Disamping itu Venus diketahui berotasi dari arah timur ke barat, kebalikan dari planet-planet lain di tata surya kita yang berotasi dari barat ke timur, karena itu di Venus matahari terbit dari arah barat dan terbenam di timur.

SATELIT ALAM - Diantara kesemua planet anggota tata surya, hanya Bumi yang mempuyai satu-satunya satelit alam. Sementara itu, dua diantara kesembilan planet anggota tata surya kita sama sekali tidak memiliki satelit, yaitu Merkurius dan Venus. Planet-planet bagian luar di tata surya umumnya kaya akan satelit alam. Hingga kini, telah diketemukan puluhan satelit alam yang mengedari planet Jupiter, Saturnus dan Uranus. Tidak semua satelit alam berbentuk bundar, tipikal sebuah planet. Kedua satelit Mars, Phobos dan Deimos serta satelit-satelit kecil yang mengedari Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus diketahui memiliki bentuk yang tidak beraturan

SUMBU ROTASI - Planet Uranus memiliki kemiringan sumbu rotasi sebesar 98º. Hal ini menyebabkan kutub utaranya menunjuk ke bawah bidang garis edarnya. Karenanya permukaan planet di kedua kutub memiliki malam yang lamanya setara dengan 21 tahun di Bumi.

SUHU PALING EKSTREM - Planet dengan temperatur paling ekstrem dalam tata surya kita ialah Merkurius. Temperatur siang hari disana mencapai hingga 427ºC, cukup panas untuk melelehkan logam seng. Di malam hari, temperatur turun hingga -183ºC, cukup dingin untuk membekukan krypton. Selain itu Merkurus tercatat sebagai planet yang letaknya paling dekat dengan Matahari

PLANET TERPANAS - Walaupun Merkurius adalah planet terdekat dari Matahari, namun rekor sebagai planet terpanas justeru dipegang oleh Venus dengan suhu mencapai 482°C. Hal ini ditengarai akibat efek "rumah kaca" dari atmosfir Venus yang kaya akan unsur Karbon Dioksida

PLANET PALING CEMERLANG - Apabila Jupiter dan Bumi dilihat dari jarak yang sama, maka Jupiter akan terlihat 164 kali lebih cemerlang. Dilihat dari Bumi, panet yang paling cemerlang adalah Venus dengan magnitudo -4,4.

BINTANG TERDEKAT - Bintang terdekat dari Bumi kita ialah Proxima Centauri. Bintang sejauh 4,23 tahun cahaya ini terlalu redup untuk bisa dilihat dengan mata telanjang. Bintang terdekat yang dapat dilihat dengan mata telanjang adalah Alpha Centauri (4,4 tahun cahaya) yang terlihat sebagai bintang paling terang pada rasi Centaurus di langit belahan selatan

BINTANG TERMUDA - 2 Protostar (calon bintang) yang dikenal sebagai IRAS-4 yang berada di dalam Nebula NGC 1333, 1.100 tahun cahaya dari Bumi adalah bitang termuda yang diketahui manusia. Keduanya baru akan mencapai fase stabil sebagai sebuah bintang setidaknya dalam 100.000 tahun mendatang.

BINTANG TERTUA - 70 bintang yang ditemukan oleh sebuah tim astronom yang dipimpin oleh Timothy Beers (Amerika Serikat) diyakini sebagai bintang paling tua di galaksi Bimasakti. Bintang-bintang tersebut diperkirakan telah terbentuk pada sekitar 1 milyar tahun setelah peristiwa big bang (ledakan besar yang mengawali terbentuknya alam semesta).

BINTANG TERBESAR - Betelgeuse (Alpha Orionis) adalah bintang terbesar yang diketahui hingga sejauh ini. Bintang sejauh 430 tahun cahaya ini memiliki diameter 980 juta km atau 700 kali diameter matahari. Bintang ini terlihat dengan mata telanjang sebagai sebuah bintang berwarna kemerahan di rasi Orion.

BINTANG PALING CEMERLANG - Sebuah bintang yang disebut Pistol yang ditemukan oleh teleskop antariksa Hubble pada Oktober 1997 adalah bintang paling cemerlang yang diketahui. Cahayanya sekitar 10 juta kali lebih cemerlang dari matahari. Perhitungan oleh para astronom menunjukkan bahwa energi yang dipancarkannya dalam 6 detik setara dengan energi yang dipancarkan oleh Matahari selama satu tahun.

METEORIT TERBESAR - Pecahan meteorit berukuran antara 2,4 - 2,7 m yang ditemukan di Hoba West, dekat Grossfontein, Namibia pada tahun 1920 diduga merupakan meteorid terbesar yang pernah jatuh ke Bumi dan tercatat oleh manusia. Pecahan meteorid tersebut berasal dari sebuah meteorit tunggal yang beratnya diperkirakan mencapai 59 ton.

HUJAN METEOR TERBESAR - Hujan Meteor Leonid yang terjadi tanggal 16-17 November 1966 dan terlihat di Amerika Utara bagian barat hingga Rusia bagian timur merupakan hujan meteorid terbesar yang pernah tercatat. Meteor yang melintas di wilayah Arizona tercatat mencapai 2.300 meteor per menit selama 20 menit.

KOMET TERBESAR - Komet Centaur 2060 Chiron yang ditemukan tahun 1977 merupakan komet terbesar yang diketahui dengan diameter 182 km.

ASTEROID TERBESAR - 1 Ceres dengan diameter 941 km merupakan asteroid terbesar. Selain itu, asteroid ini juga tercatat merupakan asteroid yang pertama kali ditemukan.

ASTEROID TERKECIL - Rekor sebagai asteroid terkecil dipegang oleh asteroid 1993KA2. Asteroid yang ditemukan tahun 1993 ini hanya berdiameter 5 m.

GERHANA MATAHARI TERLAMA - Secara teori, gerhana matahari dapat berlangsung maksimal selama 7 menit 31 detik. Gerhana matahari terlama yang pernah tercatat terjadi di Filipina dengan durasi 7 menit 8 detik. Gerhana matahari selama 7 menit 29 detik diperkirakan akan terjadi di tengah samudera Atlantik pada tanggal 17 Juli 2186.

KONSTELASI TERBESAR - Hydra (Naga Laut) merupakan konstelasi (rasi bintang) terbesar. Konstelasi ini menutupi area seluas 1.302,844º persegi atau mencakup 3,16% dari seluruh langit dan beranggotakan setidaknya 68 bintang yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

KONSTELASI TERKECIL - Crux Australis (Salib Selatan) adalah konstelasi terkecil di langit. Ia hanya mencakup area seluas 68,477º persegi atau sekitar 0,16% dari seluruh langit.

OBJEK PALING CEMERLANG - Quasar HS1946+7658 adalah objek paling cemerlang di jagat raya. Objek ini setidaknya 1,5 x 1015 kali lebih cemerlang dari Matahari kita

OBJEK TERDINGIN - Nebula Boomerang, sebuah kabut debu dan gas yang terletak sejauh 5000 tahun cahaya dari Bumi dipercayai sebagai objek paling dingin. Temperaturnya diperkirakan berkisar pada -270ºC (-454ºF)

TELESKOP TERBESAR - Teleskop terbesar di dunia saat ini adalah sepasang teleskop kembar berdiameter 10 m yang digunakan di Observatorium W.M. Keck di Mauna Kea, Hawaii. Lensa masing-masing teleskop seberat 300 ton itu terdiri dari 36 buah cermin berbentuk segi enam yang digabungkan menjadi sebuah cermin pemantul (reflektor).

Saturday, June 16, 2007

Hobbi Astronomi = Punya Teleskop? 2,alat sedernaha...

Software Stellarium cukup bagus dan menarik untuk belajar astronomi
[ TERTARIK? DOWNLOAD SAJA DI SINI ]

Planisphere dan senter merah bisa menjadi peralatan astronomi bagi pemula

Rasi Orion atau Waluku (Jawa)

Peta Langit malam ini dapat dibeli di Planetarium Jakarta




Hobbi Astronomi = Punya Teleskop? 1


Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa untuk bisa menikmati Astronomi sebagai hobi dia harus lebih dulu memiliki teleskop. Mereka beranggapan bahwa mereka harus lebih dulu memiliki teleskop dan sesudah itu barulah mereka bisa mulai mempelajari dan mengamati langit malam. Menurut saya, pendapat seperti itu salah.
Mungkin bagi sementara orang cara seperti itu, yaitu membeli teleskop dan sesudah itu mulai mempelajari langit malam, bisa berhasil. Tetapi kemungkinan besar yang terjadi adalah kamu akan merasa bosan pada teleskopmu, karena mencari suatu obyek langit malam dengan teleskop bukanlah suatu hal yang mudah terutama jika kita tidak mengenal langit malam. Hal itu bisa diumpamakan dengan usaha untuk mencari semut dengan memakai mikroskop. Lama kelamaan kita akan semakin jarang mempergunakan teleskop kita, sampai akhirnya teleskop itu sama sekali tidak pernah kita sentuh.
Astronomi Amatir adalah hobi yang berbeda dengan hobi lainnya, misalnya dengan hobi mendengarkan musik. Selama dananya ada, kita tidak pelu belajar apapun untuk bisa nikmati musik. Cukup pergi ke toko elektronik untuk beli perangkat audio kemudian membeli kaset atau CD. Pasang dan dan kita langsung bisa menikmati musik apapun yang kita sukai. Sayangnya, Astronomi Amatir tidak dapat dilakukan dengan cara itu.
Dalam hobi ini, meskipun kita memiliki uang banyak dan mampu membeli teleskop jenis apapun yang kita mau, teleskop itu tidak akan berguna kalau kita tidak mengenal langit malam.
Saya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti atau menghalangi niat teman-teman untuk memiliki teleskop, sama sekali tidak. Saya cuma memberitahu apa yang mungkin akan terjadi pada diri teman-teman. Kalau itu tidak terjadi, bagus sekali. Dan kalu kamu sudah memiliki teleskop tapi masih mengalami kesulitan untuk mengenali rasi bintang atau menemukan obyek langit, jangan menyerah! Cobalah sekali-sekali keluar tanpa membawa teleskop dan pelajari langit malam.
Jadi saya harus gimana dong? Perlu diingat bahwa untuk menikmati keindahan langit malam tidak diperlukan perlengkapan yang canggih seperti teleskop yang dikendalikan komputer dan bisa mengarah ke obyek langit manapun secara otomatis. Sama sekali tidak! Untuk bisa menikmati keindahan langit malam kita cuma perlu perangkat optik yang paling canggih yang pernah ada, yaitu mata kita.
Kalau kamu kebetulan tinggal di kota besar dengan langit malam yang terang benderang akibat polusi cahaya, cobalah sekali-sekali pergi ke suatu tempat di luar kota luar kota yang jauh dari polusi cahaya. Cobalah untuk mendongak ke atas dan melihat langit malam (cukup mengherankan betapa sedikitnya orang yang pernah melihat ke langit malam). Kamu akan melihat langit yang dipenuhi oleh banyak sekali bintang. Jauh lebih banyak dari pada yang bisa kamu lihat dari rumahmu di kota. "Kupandang langit penuh bintang bertaburan... berkelap-kelip seumpama intan berlian..." Ingat lagu ini?
Nah, sambil melihat bintang-bintang di langit ada baiknya kita ingat bahwa titik-titik cahaya di langit itu jaraknya amat sangat jauh dari kita. Cahaya dari bintang-bintang itu memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan ribuan tahun, untuk mencapai bumi sampai bisa dilihat oleh mata kita. Padahal cahaya bergerak dengan kecepatan sekitar 350.000 km per detik. Jadi kita bisa bayangkan betapa jauhnya bintang-bintang itu dari kita. Setiap kali saya melihat ke langit malam dan bintang-bintang yang ada, saya selalu merasa sangat kecil dan sangat tidak berarti di tengah alam semesta yang amat luas ini dan selalu teringat pada kebesaran Tuhan.
Kita bisa melihat bagaimana bintang yang satu terlihat lebih terang dari yang lain, dan ada bintang-bintang yang seakan-akan berkumpul dan membentuk formasi tertentu. Kita juga bisa melihat perbedaan warna bintang, ada yang terlihat berwarna biru, ada yang merah, oranye dan ada pula yang berwarna kuning.
Nah, sekarang kita bisa mulai mempelajari langit malam, tentunya masih dengan mata telanjang. Sewaktu melihat bintang-bintang di langit kita bisa melihat nahwa banyak bintang yang terlihat berkumpul dan membentuk formasi tertentu. Ada yang terlihat seperti mata kail dan di sebelahnya ada yang terlihat seperti poci teh. Ada juga yang terlihat seperti layang-layang. Bentuk-bentuk atau formasi itu diksebut Asterism, beberapa asterism diberi nama dan mereka disebut konstelasi atau rasi bintang.

Untuk bisa mempelajari dan mengenali langit malam dengan baik kita membutuhkan peta, seperti halnya kita butuh peta untuk mengetahui letak suatu tempat tertentu di kota. Tanpa peta kita akan mudah tersesat. Banyak jenis peta langit yang bisa dipakai, tetapi menurut saya yang paling penting untuk dimiliki (dan selalu dibawa) adalah Planisphere, atau kalau di Indonesia disebut Peta Langit Malam. Peta Langit Malam bisa diperoleh di Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki atau dapat didownload secara gratis di internet. Peta Langit Malam juga sekarang tersedia dalam bentuk software misalnya Stellarium, Skymap, Planetarium dsb yang juga mudah diperoleh di internet.
Dengan berbekal Planisphere mulailah mempelajari dan mengenali langit malam. David Levy (salah satu penemu komet SL-9 yang menabrak planet Jupiter) dalam bukunya "The Sky A User's Guide" menulis bahwa para pemula akan lebih mudah mempelajari dan mengenali langit malam jika melakukannya di kota daripada jika mempelajari langit malam di suatu tempat di luar kota yang langitnya gelap. "Wah, itu bertentangan dong dengan apa yang tertulis di atas tentang pergi ke luar kota untuk melihat langit malam?" Saya yakin sama sekali tidak, alasannya begini.

Untuk bisa benar-benar menikmati keindahan langit malam, seorang pemula (dan siapa saja) perlu langit yang gelap. Langit yang gelap maksudnya adalah langit malam yang bebas dari polusi cahaya. Karena itu, dia perlu pergi ke tempat yang gelap yang jauh dari polusi cahaya kota. Dari tempat yang gelap di luar kota kita bisa melihat banyak sekali bintang, jauh lebih banyak dari pada yang terlihat dari dalam kota. Dan langit malam yang dipenuhi bintang berwarna-warni adalah pemandangan yang sangat indah. Sementara kalau kita melihat langit malam dari dalam kota, kita cuma bisa melihat SEDIKIT bintang dan pemandangan seperti itu adalah pemandangan yang biasa-biasa saja, sama sekali tidak menarik. Karena itu, untuk bisa menghargai keindahan langit malam kita perlu langit yang gelap.
TETAPI, untuk mempelajari dan mengenali langit malam (seperti mengenali konstelasi bintang) apa yang ditulis oleh David Levy adalah benar. Kenapa bisa begitu?
Begini ceritanya: Dengan Planisphere di tangan kamu ingin mempelajari langit malam dan pergi ke tempat yang langitnya gelap dengan rencana untuk menghapalkan letak dan bentuk konstelasi bintang. Sesampainya di sana, kamu hapalkan bentuk konstelasi yang tergambar di Planisphere. "Hmm, yang ini, yang berbentuk seperti layangan namanya adalah Orion." Setelah merasa cukup hapal dengan bentuk Orion, kamu lihat ke langit... "Lho, mana dia? Kok bintang-bintang itu nggak ada di Planisphere ini? Kok banyak sekali bintang di atas sana?"
Kenapa bisa begitu? Planisphere hanya memetakan bintang sampai dengan Magnitudo 5. Magnitude adalah skala yang dipakai untuk menentukan tingkat terangnya suatu bintang. Semakin terang suatu bintang, semakin kecil angka magnitudonya. Jadi bintang dengan magnitude 1 terlihat lebih terang dibandingkan dengan bintang yang bermagnitude 2. Nah, dari suatu tempat yang langitnya gelap, dengan mata telanjang kita bisa melihat bintang dengan tingkat kecerahan sampai dengan magnitude 6 sedangkan Planisphere yang kita pegang hanya memperlihatkan bintang sampai dengan magnitude 5. Karena itu, di tempat yang gelap akan lebih banyak bintang yang bisa kita lihat jika dibandingkan dengan yang tergambar dalam Planisphere. Karena bintang-bintang lainnya itu tidak ada dalam Planisphere, kemungkinan besar kita akan bingung menentukan konstelasi apa yang terlihat.

Saya pernah mengalami hal seperti ini. Pada tahun 1995 kebetulan saya dengan keluarga pergi ke Bali. Meskipun ingin, waktu itu saya tidak bisa membawa teleskop saya dan akhirnya saya hanya membawa binokuler saja. Suatu malam, saya pergi dari cottage tempat kami menginap di Sanur dan berjalan kaki ke pantai dengan membawa binokuler. Tujuannya ingin melihat bintang.
Sesampainya di pantai saya duduk danmengeluarkan binokuler dari tempatnya, kemudian saya memandang ke langit. Yang saya lihat adalah langit yang dipenuhi oleh bintang, begitu banyak bintang!
Saya perlu waktu sekitar satu menit untuk bisa mengenali konstelasi Orion, padahal Orion termasuk salah satu konstelasi yang amat saya kenali. Begitu juga untuk mengenali konstelasi lain, saya butuh waktu beberapa lama sebelum bisa mengenalinya. Akhirnya saya simpan kembali binokuler saya di dalam tempatnya dan saya hanya berbaring di pantai sambil mengagumi indahnya langit yang dipenuhi bintang. Malam yang sulit untuk dilupakan.
Dari pengalaman itulah saya percaya bahwa apa yang ditulis oleh David Levy benar. Kalau kamu tinggal di kota, kenali langit malam dari rumah. Sempatkan diri untuk mempelajari langit malam dan menghapal letak konstelasi bintang. Tapi ingat, kamu tidak perlu terburu-buru menghapal. Lakukan kapan saja kamu bisa. Tidak menjadi masalah apakah kamu bisa mengenali langit malam dalam waktu satu minggu, satu bulan atau satu tahun. Yang penting adalah kita belajar sesuatu dan bisa menikmati Astronomi sebagai hobi sekaligus menikmati kebesaran ciptaan Ilahi.




Sumber :

Bob Sumitro (Astronom Amatir)

mutoha.blogspot.com/2006/07

Misteri Cahaya itu Terjawab


Misteri cahaya putih di langit Selatan Jogja terjawab

Petanyaan besar seputar fenomena cahaya putih yang melintas di atas Selatan Yogyakarta kini sudah terungkap. Seperti diberitakan oleh beberapa media koran maupun televisi bahwa pada Rabu, 27 Juli 2006 yang lalu sekitar pukul 19.30 WIB banyak masyarakat Yogyakarta, Klaten dan Boyolali menyaksikan sebuah kilatan cahaya yang melintas di atas langit. Menurut beberapa saksi mata di daerah Klaten dan Boyolali cahaya tersebut melintas dari arah Timur Laut menuju Barat Daya dan meninggalkan jejak asap seraya memancarkan cahaya cukup terang di langit. Peristiwa tersebut juga teramati dari daerah Pantai Parangtritis. Beberapa saksi mata di daerah ini mengatakan bahwa cahaya tersebut melintas tepat di atas kepala mereka pada hari dan jam yang sama. Selama beberapa hari misteri melintasnya cahaya putih tersebut sempat menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat. Bahkan para pengungsi di Bantul banyak yang berjaga-jaga tidak tidur malam karena khawatir terjadi sesuatu pasca kenampakan benda asing tersebut.

Sebagian masyarakat menyebutnya secara salah kaprah sebagai peristiwa 'cleret tahun' atau lintang kemukus atau lintang alihan. Bahkan beberapa 'orangtua' yang dimintai pendapatnya menyatakan bahwa peristiwa tersebut berhubungan secara spiritual dengan aktivitas Merapi dan Laut Selatan. Namun hal ini akhirnya terjawab sebab dalam sebuah Bulletin Media Antariksa yang dapat diakses melalui internet, klub astronomi amatir Jogja Astro Club (JAC) lewat koordinatornya Mutoha menyatakan bahwa lintasan cahaya putih tersebut adalah fenomena meteor besar yang memasuki atmosfer yang disebut "fireball". Hal ini menghilangkan dugaan sebelumnya bahwa benda tersebut kemungkinan adalah roket atau satelit yang telah habis masa aktifnya. Melihat arah lintasannya, besar dugaan bahwa meteor ini merupakan bagian dari hujan meteor atau "meteor shower" Southern Delta Aquarids (SDA) yang pada sekitar tanggal tersebut sedang mencapai puncaknya tepatnya tanggal 28 Juli 2006. Hujan meteor SDA memiliki pusat Radiant di rasi Aquarius yang pada jam saat kenampakan meteor tersebut rasi ini sedang berada juga di arah Timur. Dengan melihat jejak lintasannya yang terputus, bisa dipastikan meteor ini telah habis saat sebelum menyentuh tanah.

Menurut perhitungan, kecepatan meteor saat memasuki atmosfer bumi dapat mencapai 40 km/detik sehingga saat bergesekan dengan udara dapat menimbulkan panas hingga 3000° Celcius. Panas ini mengakibatkan udara disekitarnya terionisasi sehingga terpendar menyala dan jejak asap merupakan peristiwa umum jika sebuah benda terbakar. Mengenai suara ledakan yang terdengar menurutnya adalah akibat gesekan dengan udara pada kecepatan tinggi sehingga menimbulkan fenomena suara yang disebut "sonic boom". Walaupun sebenarnya ledakan tersebut bersamaan dengan terbakarnya meteor namun karena kecepatan cahaya mendahului kecepatan suara akibatnya seolah suara ledakan terdengar menyusul. Sementara berdasarkan laporan dari beberapa di tempat yang berbeda dapat diperkirakan bahwa meteor yang berada pada ketinggian lebih dari 100 km di atas permukaan bumi. Ditambahkan, saat kejadian secara kebetulan JAC bersama beberapa anggotanya tengah mengadakan kegiatan stargazing atau observasi langit malam di Pantai Parangtritis setelah sore harinya juga diadakan kegiatan rukyat hilal untuk penentuan awal bulan Rajab, sehingga kenampakan meteor besar tersebut merupakan sebuah kesempatan yang sangat langka yang mungkin tidak akan terulang lagi.

Dalam keterangan mengomentari seputar peristiwa serupa yang pernah terjadi di Jakarta Dr. Moedji Raharto dari Observatorium Bosscha mengatakan bahwa meteor adalah benda padat alam dari antariksa yang terbakar
saat masuk ke atmosfer Bumi, melahirkan istilah bintang jatuh. Jika meteor tidak habis terbakar, sisanya yang jatuh ke Bumi disebut meteorit. Menurut Moedji, apa yang bisa disaksikan langsung itu sebenarnya berada sekitar 100 kilometer di atas permukaan Bumi. Ia menduga meteor sudah terbakar habis saat bergesekan dengan atmosfer Bumi.

Dugaan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa hingga kini belum ada laporan tentang jatuhnya suatu benda asing, seperti yang disampaikan Drs Suratno, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), secara terpisah. Dr. Adi Sadewo Salatun, Deputi Kepala Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan, menambahkan, obyek yang masuk lapisan atmosfer bisa mencapai 8 kilometer per detik.

Gesekan dengan udara membuat benda itu terbakar pada suhu 2.000-3.000 derajat Celsius. "Panas juga membuat udara di sekitarnya terionisasi sehingga membentuk lintasan yang dari Bumi tampak seperti ekor meteor," papar Drs Hendro Setyanto, asisten Riset Observatorium Bosscha-Departemen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Menurut Dr Thomas Djamaluddin, peneliti antariksa Lapan, obyek yang jatuh itu-kalau ada-dapat dipastikan dari laporan masyarakat asalkan mereka mencatat waktu saat melihat bola api itu. Dari informasi masyarakat juga dapat dihitung orbit dan ditelusuri obyek apa yang jatuh. "Saya kini masih memantau lewat mailing list pengamat antariksa dunia," ujarnya.

BISA BUKAN METEOR


Djamaluddin menambahkan, memang ada kemungkinan lain bahwa bnda langit yang terang bisa berupa pecahan roket pendorong atau satelit yang telah habis masa operasinya. Obyek itu juga bisa menimbulkan ledakan ketika masuk ke atmosfer di ketinggian 120 kilometer karena bertumbukan dan bergesekan dengan lapisan udara.

Adi Sadewo mengingatkan, yang perlu diwaspadai justru jatuhnya sampah-sampah akibat aktivitas manusia di antariksa. Hingga tahun ini, menurut data dari Nomad Amerika Serikat (AS), terdapat sekitar 9.400 sampah plus debu antariksa yang bisa mengganggu penerbangan wahana antariksa. Misalnya, membentur jendela atau melubangi bagian panel sel surya.

Selain itu, sampah angkasa mengancam penduduk Bumi. Selongsong roket milik Rusia, misalnya, pernah jatuh di Palembang dan Gorontalo beberapa tahun lalu. Ancaman kejatuhan bekas satelit-baik yang beredar di orbit
rendah maupun tinggi- juga tak terelakkan karena usia satelit yang terbatas. Mir, wahana antariksa milik Rusia seberat 134 ton, juga pernah jatuh. Ketika sampai ke muka Bumi, beratnya diperkirakan masih 40 ton. Wahana yang memiliki sistem kendali itu akhirnya jatuh di Samudra Pasifik, meski sebelumnya sempat melintasi wilayah Indonesia.


Ancaman itu masih ditambah dengan risiko terpapar radiasi bahan bakar nuklir yang dipakai. "Satelit Cosmos milik Rusia yang berada di atas Kanada, misalnya, menggunakan generator nuklir," papar Adi. Namun, dengan
teknologi sebenarnya, ancaman bisa diminimalkan.Kemungkinan jatuhnya satelit Palapa, umpamanya, bisa
diantisipasi dengan menggeser satelit keluar dari cincin geostasioner setelah habis masa operasinya.

Jatuhnya sampah yang merupakan bagian bekas satelit atau roket terakhir terjadi 15 Desember 2004 lalu, yang teridentifikasi milik Rusia. Sedangkan bekas satelit AS diperkirakan jatuh 22 Desember 2004.

METEOR JARANG JATUH


Kejadian jatuhnya meteor sebenarnya sangat jarang, kemungkinannya beberapa tahun sekali di suatu wilayah dan tidak mudah terdeteksi. "Itu karena umumnya ukuran meteornya kecil, paling besar sebola tenis sehingga baru terlihat setelah masuk atmosfer sebagai bola api," urai Adi. Salah satu kejadian terbesar jatuhnya meteor adalah di Tunguska, Siberia, tahun 1908. Dampaknya telah menghanguskan areal hutan di daerah itu. Saat mendekati atmosfer, meteor tersebut memang terdeteksi berukuran cukup besar hingga beberapa kilometer persegi.

Menurut Hendro Setyanto, manusia biasanya memandang kemunculan meteor ini sebagai pertanda positif, tidak seperti komet yang dianggap negatif. "Orang Jawa menyebutnya sebagai ndaru," ujarnya. Di dunia sudah ada patroli antariksa untuk memantau obyek yang orbitnya dekat dengan Bumi. Tahun 1994, misalnya, satelit pengamat AS mendeteksi bola api di atas Pulau Banda. Namun, sampai kini belum ada informasi tentang kehadiran benda langit buatan tersebut di atas negeri ini.


(jacnews)

mutoha.blogspot.com/2006/07/misteri-cahaya-it...